insyaallah blog ini akan saya isi dengan beberapa materi yang mungkin bermanfaat buat semuanya... jzk

Senin, 01 November 2010

Bahan Renungan 31-40

Bahan Renungan 31
“Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagimu pendengaran; penglihatan dan hati. Tetapi amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. Al-Mulk, 67 : 23)

Bahan Renungan 32
Hamba Yang Bangkrut.
Suatu hari Nabi Muhammad SAW bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian siapa yang bangkrut itu ?”. Sebagian sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut itu menurut kami adalah orang yang habis semua kekayaan dan perhatiannya”.
Rasulullah SAW pun bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan pahala shalat, zakat, puasa dan haji, tetapi disamping itu ia mencaci maki disana sini, menuduh si ini, memakan harta si ini, dan menumpahkan darah si itu serta memukul si anu. Maka diambillah kebaikannya. Dan, kebaikan yang ada untuk mengganti kejahatannya, dan apabila telah habis kebaikannya padahal belum terbayar semua tuntutan orang-orang lainnya, maka diambilah kejahatan orang-orang yang pernah dianiaya untuk ditimpakan kepadanya, kemudian ia diseret ke neraka.” (HR. Muslim dari Abi Hurairah ra)

Bahan Renungan 33
Pengendalian Emosi.
Ali bin Abi Thalib, sahabat dan menantu Rasulullah SAW, adalah seorang sahabat yang mengamalkan ajaran Rasulullah SAW dengan sangat baik.
Suatu waktu, di sebuah arena perang tanding, ia memerangi lawannya dalam pertarungan sampai membuat lawannya jatuh tersungkur. Ketika ia hendak mengayunkan pedangnya, tiba-tiba sang seteru meludahi mukanya, sehingga emosi Ali meledak-ledak dan dirinya kian terpacu untuk membunuh sang musuh. Akan tetapi, ia kemudian mengucap istigfar dan mengurungkan niatnya untuk menebaskan pedangnya, lalu pergi meninggalkannya.
Ketika para pengikutnya bertanya tentang tindakannya yang aneh itu, dia menjawab, ‘Aku tak mau memerangi musuhku karena disulut nafsu amarah.’
Ali ingin menunjukkan bahwasanya ada yang lebih penting daripada sekedar kemahiran secara fisik di medan perang, yaitu bahwa kemampuan pengendalian diri adalah kekuatan sejati.

Bahan renungan 34
Toleransi Antar Umat.
Ketika Umar bin Khattab menaklukan Palestina yang sebelunya dikuasai oleh orang-orang Nasrani, beliau memberikan kewenangan kepada mereka untuk tetap mengembangkan tempat ibadahnya masing-masing.
Sebagai tanda syukur kepada Allah, Umar ingin melaksanakan shalat dan mencari tempat yang tenang. Pengawalnya menyiapkan tempat di dalam gereja, tetapi Umar menolaknya dengan alasan biarlah gereja tetap utuh dan dimanfaatkan sebagaimana fungsinya.
Umar berkata, “Kalau aku shalat di dalam gereja, aku khawatir nanti umat Islam akan berpikiran bahwa gereja harus diubah menjadi masjid.”

Bahan renungan 35
Pembebasan Tawanan.
Ibnu Taimiyah pernah meminta kepada penguasa Tatar untuk membebaskan tawanan. Raja Tatar mengabulkan pembebasan hanya tawanan muslim saja, sedang tawanan Yahudi dan Nasrani tidak dilepas. Maka Ibnu Taimiyah menolaknya dan berkata, “Tidak, semua tawanan harus dilepaskan, mereka semua dalam tanggung jawab kami, mereka semua berhak atas tanggung jawab Allah dan rasul-Nya”. Akhirnya semua tawanan dilepaskan.

Bahan Renungan 36
Dan Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) kitab (Al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya dari Al-Kitab dan menjadi kesaksian atasnya. Maka hukumkanlah diantara mereka dengan apa yang Allah turunkan dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka (dengan meninggalkan) kebenaran yang telah datang kepada engkau. Bagi tiap-tiap umat diantara kamu, Kami telah jadikan peraturan dan jalan (yang terang). Dan kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu tentang apa yang telah diberikan-Nya kepada kamu, maka berlomba-lombalah kamu berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah tempat kembali kamu sekalian, maka Dia akan kabarkan kepadamu apa yang kamu perselisihkan itu.” (QS. Al-Maaidah, 5 : 48)

Bahan Renungan 37
Keteladanan.
Keteladanan adalah yang sukar untuk dijalani dan membutuhkan prasyarat, keluasan ilmu, konsistensi, sinkronisasi, serta niat.
Rasulullah SAW menyatakan dengan kalimat pendek, “Mulailah dari diri sendiri.”
Bagaimana orang lain akan percaya, kalau dirinya tidak pernah mengamalkannya.
Perilaku tersebut sangat dicela Allah, dalam firman-Nya, “Apakah patut kamu menyuruh manusia berbuat kebaikan sedangkan kamu sendiri tidak melakukannya, padahal kamu membaca kitab. Apakah kamu tidak mempunyai akal ?” (QS. Al-Baqarah, 2 : 44)
Dalam tafsirannya, Mahmud Yunus mengatakan, “Tidak layak kita menyuruh orang berbuat baik tapi kita lupakan diri sendiri.”. Misalnya kita suruh orang beramal saleh, tapi kita beramal salah. Karena itu Allah bertanya, “Apa kamu tidak berakal?”. Orang yang berakal adalah orang yang konsisten dan tidak ada lagi jarak antara teori dan praktik.
Setiap orang membutuhkan keteladanan yang konsisten dan dilandasi niat yang transenden, untuk memotivasi diri agar hidup tidak kehilangan energi. Rasulullah SAW adalah sosok yang konsisten, istiqamah dan diakui oleh dunia.



Bahan Renungan 38
Jangan Memelihara Rasa Benci.
Suatu hari, ketika Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabat di dekat Ka’bah, seorang lelaki asing lewat dihadapan mereka. Setelah lelaki itu berlalu, Rasulullah SAW bersabda, “Dialah ahli Surga.”, Sampai tiga kali.
Abdullah bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa engkau katakan itu kepada kami. Padahal selama ini kami tidak pernah mengenalnya sebagai sahabatmu. Sedangkan terhadap kami engkau tidak pernah menceritakannya.
Rasulullah menjawab, “Jika engkau ingin tahu, tanyakan sendiri kepadanya.”, karena penasaran, suatu hari Abdullah bin Umar berkunjung ke rumah orang asing itu dan bertanya, “Kemarin sewaktu engkau lewat dihadapan kami, Rasulullah mengatakan bahwa engkau sebagai ahli Surga. Apa gerangan yang menjadi rahasianya ?”. Lelaki itu tersenyum dan menjawab, “Sesungguhnya aku tidak pernah melakukan apa-apa, bahkan tidak memiliki kekayaan. Ilmu ataupun harta kusedekahkan. Yang kumiliki hanyalah kecintaan kepada Allah, kepada Rasul dan kepada sesama manusia. Disetiap malam menjelang tidur, aku selalu berusaha menguatkan rasa cinta kepada Allah dan menghilangkan rasa benci walaupun kepada orang kafir sekalipun.”

Bahan Renungan 39
Persaudaraan Umat.
Setelah hijrah dari Mekah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW telah meletakkan dasar persatuan masyarakat majemuk.
Pertama, beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Nabi berhasil menangkis kaum munafik yang ingin memecah belah Islam dan kaum Anshar memperlihatkan keramahan yang luar biasa. Setelah menghimpun kekuatan, Nabi mengadakan perjanjian tertulis dengan kaum Yahudi dan masyarakat yang masih memeluk agama nenek moyangnya, yang dikenal dengan Piagam Madinah.
Nabi juga mencontohkan kasih sayang dan mengajak mengutamakan kepentingan dan kemaslahatan umat ketimbang kepentingan pribadi. Rasulullah mengajarkan mereka untuk tidak saling dendam dan bicara dengan akal fikiran yang rasional dan masuk akal.
Berkat keteladanan, Nabi menjadikan para pengikutnya manusia yang dapat dipercaya, sabar, dan tabah. Serta jauh dari sifat serakah, kikir, dusta, dengki, tipu menipu dan perbuatan tercela lainnya.

Bahan Renungan 40
Kasih Sayang.
“Kemudian dia adalah termasuk orang-orang yang beriman dan saling berwasiat dengan kesabaran dan berwasiat dengan kasih sayang.” (QS. Al-Balad, 90 : 17)

0 komentar:

Posting Komentar